Senin, 03 Agustus 2015

Gangguan Di Asrama Putri

Hai, saya Rhien. Ini pertama kalinya lho saya berbagi cerita di sini. Saya ingin berbagi cerita dengan teman-teman, sebuah cerita yang sederhana tapi sempat membuat saya sedikit merasa tertekan juga. Cerita ini berawal pada bulan Juli 2012. Saat itu saya tengah mencari pekerjaan part time disela-sela waktu kuliah saya, maklum sebagai mahasiswa tingkat akhir aktivitas akademik saya hanya mengerjakan skripsi dan alhamdulillah akhirnya saya mendapat pekerjaan sebagai wali asuh disebuah asrama sekolah di daerah Bandung. Jam kerja di asrama tersebut dimulai dari jam tiga sore sampai dengan keesokan pagi, dan setiap wali asuh harus tinggal di asrama tersebut.




Asrama itu adalah asrama putri. Ketika itu ada empat orang wali asuh di sana dan beberapa pengurus asrama. Di asrama itu ada sembilan bangunan yang letaknya saling terpisah satu sama lain, dan kamar wali asuh berada di bangunan ke lima (dalam hitungan posisi yang saya buat). Asrama itu memiliki halaman yang cukup luas, suasana di sana sangat sunyi sekali. Jangankan malam hari, pagi dan siang hari pun benar-benar sepi. Selama saya bekerja di sana, jarang sekali saya melihat warga sekitar yang berlalu lalang. Rumah-rumah yang ada di sekitar asrama memiliki pagar yang tinggi, sehingga agak sulit untuk melihat rumah tetangga.

Saya sempat mendengar bahwa asrama putri tersebut sebetulnya adalah sebuah villa keluarga. Villa tersebut dijual oleh pemiliknya kepada pemilik yang sekarang. Pada awalnya saya tidak menemukan hal-hal yang aneh di sana, meski jujur hati saya sebetulnya sangat tidak nyaman tinggal di tempat seperti itu. Tempat yang agak sulit akses transportasi, tidak ada angkot, hanya ada ojeg, itupun harus berjalan cukup jauh untuk menemukan ojeg itu. Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi ketika menjelang pertengahan bulan Ramadhan  (Agustus 2012). Entah kenapa diantara keempat wali asuh yang ada di sana, saya adalah wali asuh yang mendadak sulit tidur. Udara di sana sebetulnya sangat dingin, terlebih jika malam tiba. Akan tetapi setiap waktu tidur tiba, badan saya justru sering kali berkeringat.

Keempat wali asuh tidur dalam satu kamar. Entah pada malam keberapa ketika saya mencoba untuk memejamkan mata, tiba-tiba saya terhenyak, saya mendengar suara orang bercakap-cakap di depan kamar wali asuh, percakapan dalam bahasa yang saya sendiri tidak mengerti bahasa apa itu. Percakapan itu terdengar jelas sekali. Awalnya saya berpikir mungkin itu hanya halusinasi pendengaran saya saja, akan tetapi semakin saya dengarkan suara itu semakin jelas dan beberapa menit kemudian menghilang.

Saya terbangun, sementara ketiga rekan saya masih tertidur lelap. Saya lihat jam di HP, waktu itu jam menunjukkan sekitar pukul 01.15 WIB dini hari. Saya berbaring kembali dan ketika saya mencoba tidur, kali ini saya mendengar suara pintu berderit, lalu suara seperti orang yang tengah memukul-mukulkan palu. Suasana di asrama benar-benar hening, dan suara-suara itu begitu jelas terdengar. Belum lagi lolongan anjing dari bukit di belakang asrama yang banyak ditumbuhi rumpun-rumpun bambu dan semak-semak. Akhirnya hingga subuh tiba saya tidak bisa tidur.

Saya berusaha diam, tidak menceritakan apapun kepada rekan-rekan saya. Apalagi kepada anak-anak di asrama. Tapi malam demi malam saya lalui selalu dengan kondisi seperti itu. Suara jeritan perempuan, ketukan di jendela kamar, hingga suara benda yang jatuh begitu mengganggu malam-malam saya.

Ternyata tidak saya saja yang mulai terganggu dengan hal-hal aneh itu. Rekan saya pun mulai merasakannya. Pada suatu malam, tepat jam 00.30, entah ada apa tiba-tiba sebuah benturan keras terdengar dari depan jendela kamar kami. Saya dan rekan saya terbangun, rekan saya nampak terkejut, wajahnya pucat pasi. Saya berusaha menenangkan, akhirnya saya memilih untuk tetap terjaga dan membaca Al-Qur’an. Suara benturan sebanyak tiga kali terdengar, dilanjutkan lagi oleh suara gemericik air dan derit pintu. Padahal kamar mandi berada di luar, cukup jauh dari kamar kami, kamar mandi itu ada di bangunan keempat, tepat di seberang bangunan dimana kamar kami berada.

Keesokan harinya seorang penghuni asrama kerasukan. Sore harinya teman sekamarnya juga ikut kerasukan. Pihak asrama memanggil ustadz dan berdasarkan keterangan dari anak yang kerasukan itu, dia sering kali melihat harimau berwajah manusia berkeliaran di halaman asrama. Dia juga sempat melihat ada bayangan hitam besar yang duduk di ruang TV (ruang TV ini sebetulnya bukan sebuah ruangan, tapi balkon asrama di lantai satu) dan pada malam itu, istri dari petugas bersih-bersih asrama pun ikut kerasukan selepas pulang dari ruang laundry, jam 01.00 malam.

Saya mencoba mencari tahu tentang asrama itu, dan ketika saya bertanya kepada juru masak yang ada di asrama, beliau bercerita bahwa sebelum menjadi asrama, tempat itu memang adalah sebuah villa. Akan tetapi villa itu dijual karena salah satu penghuninya, seorang perempuan bunuh diri dengan menggantung diri di ruangan depan yang berada di bangunan ke dua. Setelah peristiwa itu, villa ini dijual kemudian dibeli oleh pemilik villa yang sekarang.

Masih menurut juru masak di asrama, beliau bercerita bahwa di pohon yang memiliki buah kuning kecil (entah itu pohon apa, pohon itu ada di luar pagar asrama bagian belakang), sering kali ada sosok perempuan yang duduk, dan tepat di dekat pohon itu, ada pohon durian dan di sana pun sering kali ada seorang kakek bersorban putih, berjanggut panjang menampakkan diri bahkan ikut sholat di mushola asrama. Lalu, di atas atap ruang laundry pun sering kali ada sosok besar hitam duduk dengan manisnya hampir setiap malam.

Kepala asrama pun sempat mendengarkan suara orang batuk-batuk semalaman di mushola yang menempel tepat dengan rumah tinggal beliau, bahkan satpam asrama yang berjaga full 24 jam selama musim libur lebaran tiba, diikuti oleh sosok perempuan berambut panjang tergerai ke arah dapur.

Saya baru tahu cerita tersebut setelah hampir dua bulan bekerja di sana. Kejadian aneh pun satu per satu terjadi. Anak yang kerasukan hingga meraung-raung dan mencakar-cakar begitu mengganggu ketenangan di asrama, dan selepas lebaran, anak itu memutuskan untuk berhenti sekolah dan berasrama di sana. Ia memilih untuk kembali ke daerahnya di Kalimantan. Kejadian-kejadian yang mengganggu itupun baru menghilang setelah rekan saya membeli garam bukit. Garam bukit itu adalah butiran garam yang memang berfungsi untuk menangkal gangguan-gangguan dari makhluk-makhluk halus. Entah apa kabarnya kondisi asrama hari ini. September lalu saya memutuskan untuk berhenti bekerja di sana, fokus menyelesaikan penelitian skripsi saya dan kini, setidaknya saya sudah bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar